Pemerintah saat ini sedang fokus pada pengembangan proyek hilirisasi rumput laut di Indonesia. Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara tertarik untuk berinvestasi dalam proyek ini. Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Panjaitan, menyampaikan bahwa pemerintah telah memperhitungkan potensi pasar ekspor jika rumput laut diolah menjadi bahan bakar pesawat atau Sustainable Aviation Fuel (SAF).
Dengan pengembangan rumput laut sebagai bahan bakar pesawat, Indonesia memiliki potensi untuk memenuhi 10% dari kebutuhan SAF dunia. Perhitungan ini berdasarkan asumsi bahwa 1 gram rumput laut dapat menghasilkan 0,281 gram etanol. Hal ini berarti 356 liter etanol per metrik ton (kering) rumput laut dapat menghasilkan 4 miliar liter SAF, setara dengan 10% dari permintaan total SAF setiap tahun.
Selain sebagai bahan bakar pesawat, rumput laut juga dapat diolah menjadi produk hilir seperti biostimulan, makanan sehat, plastik daur ulang, dan kain. Pihak berwenang menunggu hasil studi dari Berkeley University yang melibatkan Indonesia, khususnya di Buleleng dan Lombok, serta kolaborasi dengan pihak China untuk lebih mengoptimalkan potensi rumput laut sebagai komoditas pengembangan hilirisasi. Sesuai sumber link CNBC Indonesia.












