JAKARTA, Fraksigerindra.id – Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra Djohar Arifin mengatakan, supaya negara Indonesia maju, pembangunan pendidikan harus diutamakan. Hal ini disampaikan Djohar Arifin saat diwawancarai Media Fraksi Gerindra di ruangan Komisi X Gedung Nusantara I, Senayan, Selasa (20/8/2024).
Awalnya Djohar Arifin menegaskan, bahwa mendapatkan pendidikan adalah hak asasi manusia. Dia menjelaskan, dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Pendidikan dasar harus dibiayai negara.
“Pendidikan adalah hal yang mutlak, hak asasi manusia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945, sangat ditekankan tentang Pendidikan. Sekolah dasar dibiayai oleh negara disebutkan dua kali dalam undang-undang dasar” tegas Djohar Arifin.
“Supaya Indonesia maju ke depan, pendidikan harus diutamakan. Oleh karena itu, kita menghayati UUD 1945 dengan berpikir secara moderat, berpikir masa depan kita yang lebih tinggi. Artinya, kita jangan melaksanakan tugas-tugas pendidikan hanya sebatas sebagai kewajiban” sambung Anggota Komisi X ini.
Menurut Djohar Arifin, membangun pendidikan harus berpola investasi. Membangun pendidikan dengan target tercapainya manusia Indonesia yang unggul. Dia mengungkapkan, selama ini pola pendidikan kita hanya formalitas untuk memenuhi kewajiban.
“Kita harus membangun SDM (sumber daya manusia) dengan semangat investasi. Kalau investasi ada yang diharapkan. Ada keuntungan yang diharapkan, yaitu sumber daya manusia yang berkualitas. Kalau kewajiban, kita melaksanakan Pendidikan hanya formalitas tanpa mengharapkan dampak baik untuk SDM. Model Pendidikan di Indonesia hanya sebatas kewajiban”, ungkap Djohar Arifin.
Legislator asal Sumatera Utara ini berharap, Menteri Pendidikan pada pemerintahan Prabowo-Gibran melihat pendidikan sebagai investasi.
“Saya berharap menteri yang akan datang, betul-betul konsisten melihat pendidikan sebagai investasi. Sehingga hasilnya nanti, diharapkan ada keuntungan. Kentungannya jika sumber daya manusia lebih berkualitas. Ini yang kita titipkan untuk menteri yang akan datang” harap Djohar Arifin.
Djohar Arifin menilai, salah satu penyebab tidak majunya pendidikan di Indonesia adalah karena setiap ganti menteri, ganti juga kurikulum. Padahal menurutnya, menteri yang baru tinggal memyempurnakan kurikulum yang sudah ada, tanpa mesti menggantikannya.
“Kurikulum kita jadi bajakan. Setiap Menteri Pendidikan buat kurikulum sendiri. Ganti kabinet, ganti menteri ganti kurikulum. Akibatnya, pendidikan kita jadi begitu-begitu saja. Karena semuanya coba-coba. Pendidikan tidak boleh coba-coba. Kurikulum yang bagus terus diperbaiki, jangan buat yang baru”, ungkap legislator bergelar professor ini.
Djohar Arifin mengatakan, pendidikan tidak boleh salah. Jika pendidikan salah, maka masa depan bangsa akan rusak. Salah membangun manusia, berdampak buruk terhadap masa depan negara.
“Pendidikan tidak boleh salah. Tidak boleh salah. Kalau orang salah membangun jembatan dan rumah, bisa diperbaiki. Kalau pendidikan salah, bangsa ini rusak masa depannya”, kata mantan Ketua PSSI ini.