Iduladha adalah momen penting bagi umat Islam di Indonesia, sebagai salah satu negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia. Pada tanggal 10 Zulhijah dan tiga hari setelahnya, masyarakat Indonesia kompak melaksanakan ibadah kurban dengan menyembelih hewan ternak seperti kambing, sapi, dan domba. Selain sebagai bentuk ibadah, kurban juga menjadi sarana berbagi terhadap sesama dan peluang untuk meningkatkan gizi bagi masyarakat yang membutuhkan.
Namun, tidak semua daerah di Indonesia merasakan sukacita yang sama saat Iduladha. Beberapa daerah justru mengalami defisit daging kurban disebabkan oleh kemiskinan dan distribusi yang tidak merata. Menurut peneliti Haryo Mojopahit dari Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), daerah di Pulau Jawa sering mengalami defisit daging karena tingginya tingkat kemiskinan, sementara di daerah luar Pulau Jawa disebabkan oleh kondisi geografis yang sulit diakses.
Data dari IDEAS menunjukkan berbagai daerah, seperti Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Kudus, Jepara, dan Demak di Jawa Tengah memiliki defisit daging kurban hingga ribuan ton, demikian juga dengan daerah di Pulau Madura dan Jawa Timur. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan konsumsi daging di Indonesia yang perlu segera diatasi.
Untuk mengatasi defisit daging kurban dan kesenjangan konsumsi, Haryo menyarankan perlunya intervensi gizi yang merata di seluruh Indonesia. Selain itu, kolaborasi dari berbagai elemen masyarakat juga diperlukan dalam upaya ini. Dompet Dhuafa setiap tahunnya menggelar Tebar Hewan Kurban (THK) untuk memastikan pemerataan konsumsi daging kurban di seluruh Indonesia.
Bagi yang ingin berkurban, kamu dapat mengunjungi laman digital Dompet Dhuafa dan turut serta dalam upaya membagikan kebahagiaan melalui kurban, menjaga tradisi kebersamaan, dan mengatasi ketimpangan gizi di seluruh Indonesia.