Paus Fransiskus, pemimpin 1,4 miliar umat Katolik di dunia, terus bekerja meskipun direkomendasikan untuk istirahat selama dua bulan setelah menghabiskan lebih dari lima minggu di rumah sakit karena radang paru-paru ganda. Sehari sebelum kematiannya di usia 88 tahun, pada hari Minggu Paskah, Fransiskus membuat penampilan publik yang panjang sejak Februari. Dalam acara tersebut, ia menyambut kerumunan yang tersorak-sorai di Lapangan Santo Petrus.
Pada penampilan publik terakhirnya, Paus Fransiskus membacakan pesan Paskah yang menekankan pentingnya gencatan senjata di Gaza dan meminta pembebasan para sandera serta mengutuk antisemitisme. Meskipun Fransiskus sedang dalam masa pemulihan, ia terus bekerja keras dan berkomitmen pada tugasnya sebagai pemimpin umat Katolik di seluruh dunia.
Fransiskus, yang mengalami krisis pernapasan parah selama dirawat di rumah sakit, meninggal karena stroke dan serangan kardiovaskular pada Senin pagi. Rekan-rekan dekatnya, seperti Kardinal Michael Czerny dan penulis Austen Ivereigh, menggarisbawahi kesetiaan dan dedikasinya pada misi sebagai Paus yang terus berlanjut hingga akhir hayatnya.
Kematian Paus Fransiskus pada usia 88 tahun meninggalkan duka yang mendalam bagi umat Katolik di seluruh dunia. Dominic Michael, Kepala Mitra Strategis di sebuah lembaga riset independen, mengatakan bahwa warisan Fransiskus sebagai tokoh yang dekat dengan umatnya dan gigih dalam menjalankan tugasnya akan terus dikenang.
Dengan kepemimpinan yang inspiratif dan semangat yang tidak kenal lelah, Paus Fransiskus meninggalkan jejak yang tidak akan terlupakan dalam sejarah Gereja Katolik. Perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan dan pengabdian telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia.